Pendidikan Ideal Sumber Kemajuan Bangsa di Era Disrupsi
Pendidikan merupakan suatu yang
sangat fundamental dalam dinamika kemajuan suatu Bangsa. Suatu
Bangsa akan maju tatkala memerhatikan pendidikan,
dengannya tercipta masyarakat yang berpendidikan, sehingga segala bidang
pekerjaan dikelola oleh orang-orang yang kredibel dibidangnya. Dengan
demikian tentunya suatu bangsa akan maju. Bahkan, suatu peradaban akan maju
tatkala banyak melahirkan ilmuwan.
Namun pendidikan di era disrupsi ini banyak yang problematis, hal itu diakibatkan pendidikan yang banyak terkandung virus Ilmu Pengetahuan Barat yang sekuler. Hal ini menjadi tantangan besar umat Islam saat ini, yang mana peradaban dunia saat ini banyak dimotori oleh Peradaban Barat. Pendidikan yang terkandung dengan model Pendidikan Barat banyak menimbulkan kerusakan dimuka bumi ini. Sebab, Pendidikan Barat yang sekuler menegasikan unsur spiritualitas. Walaupun peradaban Barat memberikan kontribusi terhadap manusia. Namun, tidak sedikit kerusakan yang ditimbulkan akibat pendidikan sekulernya.
Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan, ilmu pengetahuan barat banyak menimbulkan kekacauan ilmu pengetahuan (confusion of knowledge) dalam kehidupan manusia, dengan begitu terlahirlah manusia-manusia yang biadab (loss of adab), sehingga lahir darinya pemimpin-pemimpin yang rusak (false leader).[1] Dengan demikian timbullah para Pemimpin yang dzholim, para Menteri yang korupsi, Pedagang yang tidak jujur, bahkan karakter manusia yang jauh dari akhlaq mulia seperti perusak alam, pezina dsb. Hal itu disebabkan pendidikan yang buruk, yang jauh dari nilai-nilai agama.
Dengan demikian pendidikan menjadi
hal pioritas yang harus
diperhatikan, apalagi di era disrupsi saat ini. Sebab, dengan pendidikan
yang baik, maka akan terlahirlah manusia-manusia yang baik pula (good mans),
baik kepada Tuhannya, manusia, maupun alam ini. Dengan demikian terciptalah
masyarakat yang baik (good citizien).
Maka solusi Pendidikan terbaik ialah
bersumber dari konsep Pendidikan Islam. Di dalam Islam ada tiga hal mendasar
dalam pendidikan, sebagaimana yang dirumuskan Dr. Adian Husaini yang disingkatnya
“TUP”, T-nya tanamkan Adab sebelum ilmu, U-nya utamakan ilmu fardhu ‘ain,
P-nya pilih ilmu fardhu kifayah sesuai potensi pada dirinya dan
kebutuhan umat. [2]
Dengan adab yang didasari seseorang
akan paham, mana ilmu yang fardhu ‘ain dan mana yang fardhu kifayah,
adab yang dimaksud ialah menempatkan sesuatu pada kedudukannya sesuai ketentuan
Tuhan. Dengan demikian selain seorang muslim memiliki adab yang baik, juga
menjadikan keimanan dan ketaqwaan pioritas dalam kehidupan dengan
mempelajari ilmu fardhu ‘ain, serta mempelajari ilmu fardhu kifayah
seperti ilmu umum sebagai jalan pengabdian kepada Allah Swt. Sebagaimana yang
difirmankan Allah Swt (Q.s ad-Zariyat [51]: 56) dan (Q.s. al-Baqoroh [2]: 30),
selain tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt, juga
diciptakan untuk menjadi kholifah dimuka bumi ini. Tentunya menjadi
kholifah diamanahi untuk menjaga keseimbangan hidup. Dengan demikian dalam
mengelola bumi ini diperlukan ilmu umum.
Oleh karena itu, Pendidikan Islam sudah seyogyanya
menjadi rule model yang diterapkan Pendidikan-pendidikan pada saat ini,
pendidikan yang menjadikan adab sebagai pondasi serta tidak memisahkan ilmu pengetahuan
dengan ilmu agama. Sebab, Agama tanpa ilmu pengetahuan akan merana, sementara
ilmu tanpa agama akan kehilangan kendali, apalagi jika tidak didasari adab.
Dr.K.H Ahsin
Sakho Muhammad mengatakan, ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang cinta
kepada ilmu pengetahuan. Pengetahuan akan membawa kemajuan bangsa. Kemajuan
bangsa akan menciptakan peradaban. Peradaban manusia yang tidak berlandaskan
pada nilai-nilai spiritual hanya akan berakhir dengan kehampaan, tak bermakna.
Dengan demikian peradaban akan memiliki orientasi yang benar, dengan mewujudkan
kesejahteraaan umat manusia berlandaskan nilai-nilai spiritual dan tuntunan Sang
Ilahi,[3]
sehingga menjadi negeri yang diberkahi Allah Swt, sebagaimana firmannya di
dalam al-Qur’an (Q.s. al-A’rof [7]: 96), serta menjadi negeri yang baik dan
mendapatkan ampunan dari Allah, seusai dengan firman Allah Swt, “Baldatun
thayyibatun warabbun ghafur”[4]. Semoga
Bermanfaat, Wallahu A’lam Bis Showab.
[1] Muhammad Kholil, Islam Menjawab
Tantangan Pemikiran Kontemporer, (Depok: YPI At-Taqwa, cetakan pertama,
2020) hal. 236.
[2] majalah Suara Hidayahtullah:
Menyalahkan Api Harapan, edisi 10, februari 2021, hlm. 72.
[3] Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan
al-Qur’an; Memahami Tema-Tema Penting Kehidupan dalam Terang Kitab Suci (Qaf Media Kreative, cetakan pertama, 2017), hlm. 68.
[4] Lihat di dalam al-Qur’an (Q.s. Saba’
[34]: 15).
0 Komentar